Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anatomi Planet Merah: Mengungkap Interior Mars

 Beberapa negara maju di dunia telah berlomba-lomba untuk mengunjungi Mars, planet merah yang diduga dapat dijadikan Bumi ke-2 bagi umat manusia. Sejak awal 2019, para peneliti telah merekam dan menganalisis gempa yang terjadi di Mars sebagai bagian dari misi “InSight”. Penelitian ini bergantung pada seismometer yang akuisisi data dan elektronik kontrolnya dikembangkan di ETH Zurich. Dengan menggunakan data ini, kini para peneliti telah mampu mengukur kerak, mantel, dan inti planet merah tersebut. Data-data inilah yang akan membantu menentukan pembentukan dan evolusi Mars bahkan dengan perluasan seluruh tata surya.


Mars Pernah Benar-Benar Cair

Seperti yang kita ketahui Bumi terdiri dari cangkang yang merupakan kerak tipis, yakni batuan padat yang mengelilingi mantel tebal dari batuan kental yang berat, yang pada giliriannya mereka menyelimuti inti yang sebagian besar terdiri dari besi dan nikel. Planet-planet terestial, termasuk Mars, telah diasumsikan memiliki struktur yang serupa. Amir Khan, seorang ilmuwan di Institut Geofisika ETH Zurich, mengungkapkan data seismik telah mengonfirmasi bahwa Mars mungkin pernah benar-benar cair sebelum terbagi menjadi kerak, mantel, dan inti yang kita ketahui saat ini, tetapi milik Mars ini berbeda dengan Bumi.


Tidak Ada Lempeng Tektonik di Mars

Para peneliti telah menemukan bahwa kerak Mars di bawah lokasi pendaratan pesawat, di dekat ekuator Mars memiliki ketebalan antara 15 dan 47 kilometer. Kerak tipis seperti itu harus mengandung proporsi radioaktif yang relatif tinggi, sehingga mengandung pertanyaan model komposisi kimia seluruh kerak sebelumnya. Di bawah kerak tersebut terdapat mantel dengan litosfer batuan yang lebih padat hingga mencapai 400-600 kilometer ke bawah, hampir dua kali lebih dalam dari Bumi. Hal ini bisa disebabkan karena sekarang hanya terdapat satu lempeng benua di Mars, berbeda dengan Bumi yang memiliki tujuh lempeng bergerak yang cukup besar. Mars memiliki litosfer yang sangat tebal, sehingga cocok untuk planet model Mars yang hanya memiliki satu lempeng. Selain itu, pengukuran juga menunjukkan bahwa mantel Mars secara mineral mirip dengan mantel atas Bumi. Dari segi pengertian, mantel Mars adalah versi sederhana dari mantel Bumi. Namun, seismologi mengungkapkan perbedaan komposisi kimianya. Mantel Mars mengandung lebih banyak besi daripada Bumi. Selain itu, teori mengenai kerumitan lapisan mantel Mars juga bergantung pada ukuran inti yang menjadi dasarnya.


Intinya Cair dan Lebih Besar dari Dugaan

Inti Mars memiliki radius sekitar 1.840 kilometer yang membuanya menjadi 200 kilometer lebih besar dari yang telah diperkirakan 15 tahun lalu, saat misi InSight baru direncanakan. Para peneliti sekarang dapat menghitung ulang ukuran inti menggunakan gelombang seismik. Setelah mengetahui jari-jari inti, maka dapat diketahui kepadatannya. Jika jari-jari intinya besar, maka kerapatan inti harus relatif rendah. Sehingga inti harus mengandung sebagian besar unsur ringan selain besi dan nikel, termasuk belerang, oksigen, karbon dan hidrogen, serta bisa saja membuat proporsi kandungan lainnya lebih besar. Para peneliti menyimpulkan bahwa komposisi seluruh planet belum sepenuhnya dapat dipahami. Meskipun demikian, penyelidikan saat ini mengonfirmasi bahwa inti itu cair sesuai dugaan, bahkan jika Mars tidak lagi memiliki medan magnet. Para peneliti memperoleh hasil baru dengan menganalisis berbagai gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa Mars. Untuk dapat mengungkapkan sesuatu tentang struktur bagian dalam planet memerlukan gelombang gempa yang dipantulkan pada atau di bawah permukaan, atau pada bagian intinya. Untuk pertama kalinya, para peneliti berhasil mengamati dan menganalisis gelombang semacam itu di Mars. 


Referensi: Science Daily

Writer: Remilda Agustina


Posting Komentar untuk "Anatomi Planet Merah: Mengungkap Interior Mars"