Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Memilih Calon Pembimbing S2 dan S3

Urusan pilih memilih bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Seseorang terkadang menetapkan standar atau kriteria tertentu untuk memillih sesuatu. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membeli handphone, sejumlah kriteria akan ada dibenaknya―ingin memiliki kamera 40 Mega pixel untuk kebutuhan fotografi. Dalam kontek lain seperti melanjutkan pendidikan tinggi, pilih memilih bukanlah sesuatu yang mudah. Terutam jika seseorang ingin melanjutkan kuliah dengan mengambil Higher Research Degree. Higher Research Degree memiliki sejumlah prasyarat ketat bagi kandidat karena dalam proses pendidikan ini, calon mahasiswa tidak akan masuk kelas untuk mengikuti sejumlah perkuliahan, mereka akan menghabiskan waktunya untuk melakukan riset. Sebagai contoh, untuk perkuliahan S2, mahasiswa Research Degree akan menghabiskan waktu selam 2 tahun untuk mengerjakan sebuah thesis sekitar 50.000 kata. Tentunya ketika memutuskan untuk mengambil research degree, calon mahasiswa harus mempunyai calon pembimbing yang bersedia untuk membimbing menyelesaikan projek thesis. Proses pencarian ini tidak mudah karena pembimbing harus benar-benar orang yang meguasai dalam projek atau setidakya mempunyai track record yang jelas dalam keilmuan yang sama. 


Ada sebuah pertanyaan penting yang selalu menjadi menimbulkan kebingungan, apakah harus mengambil kampus terbaik atau memilih calon pembimbing yang benar-benar ahli dalam bidangnya? Perlu diperhatikan, tinjauan penulis kali ini bisa salah, untuk kasus dalam negeri (Indonesia), memilih pembimbing yang mempunyai keahlian tertentu berkorelasi positif dengan prestasi kampus. Kampus besar dengan sejumlah prestasi kecenderungan memiliki para ahli dibidang terentu. Situasi berbeda terjadi untuk kampus luar negeri―ambil contoh negeri tetangga Australia. Tidak semua kampus besar memiliki professor yang termasur dalam bidangnya. Lebih spesifik kita ambil bidang pendidikan sains. Beberapa professor yang termasur mengajar dibeberapa kampus yang tidak teralu terkenal―contoh Curtin, dan Deakin University. 


Untuk menjawab pertanyan tadi, sebaiknya kita mengikuti beberapa pertimbangan dalam mencari supervisor. Pertama, kriteria paling penting adalah keahlian supervisor. Ini seharunsya menjadi dasar utama dari pertimbangan yang lain. Dengan belajar ke ahlinya langsung, bias atau penyimpangan dari ilmu itu sendiri bisa lebih sedikit terjadi dibandingkan ketika belajar atau dibimbing dari orang kedua atau ketiga yang telah belajar pada ahli tersebut. Memang ini sangat asumtif sekali tetapi bisa dijadikan keriteria utama. Kedua, selidiki keahlian calon supervisor tersebut, calon mahasiswa sebaiknya mencari informasi apakah calon pembimbing mempunyai record yang baik dalam masalah publikasi atau calon supervisor adalah Editor in Chief dalam suatu jurnal yang bereputasi dibidangnya. Ini akan membantu si mahasiswa untuk belajar menulis publikasi. Jangan sampai calon supervisor menyarankan mahasiswa untuk publikasi di jurnal internasional, sementara dia juga tidak pernah mempubikasi artikel hasil penelitiannya dijurnal internasional―hal ini umumnya terjadi di Indonesia dibidang pendidikan sains. Ketiga atau terakhir, kepopuleran calon supervisor sangat diperlukan, setidaknya kepopuleran didunia internasional akan membantu mahasiswa ketika lulus. Karena kepopulerannya dalam bidang keilmuan tertentu, rekomendasi supervisor ini membantu untuk memudahkan mahasiswa dalam mencari kerja. Tentunya ini menolong mahasiswa ketika ia lulus. Seyogyanya pertimbangan beberapa hal ini menjadi titik perhatian yang harus dipikirkan oleh calon mahasiswa S2 dan S3. 

Posting Komentar untuk "Tips Memilih Calon Pembimbing S2 dan S3"