Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Butuh Belasan Juta untuk Mempublikasikan Sebuah Artikel di Jurnal Internasional Bereputasi?

Bicara publikasi internasional, sering diidentikan dengan uang belasan juta. Jika mengutip beberapa berita dimedia massa nasional (misal Kompas), beberapa anggota DPR secara tegas menolak publikasi ilmiah dijurnal internasional. Alasannya, selain berharganya data, juga ada transaksi yang merugikan peneliti Indonesia karena kewajiban membayar biaya publikasi yang tidak sedikit. Informasi tersebut tentu menjadi wacana bagi dosen baru yang mau menulis dijurnal ilmiah internasional bereputasi. Mereka memandang bahwa biaya publikasi sangat mahal. Jika demikian, bagaimanakah nasib para dosen di perguruan tinggi swasta di kota kecil? Tentunya mereka tidak punya kesempatan mempublikasikan mini riset yang dilakukan dikarenakan kecilnya insentif atau tidak adanya insentif yang diberikan oleh pihak kampus untuk mengganti biaya publikasi tersebut.


Bicara biaya publikasi, sejujurnya tentu ada biaya yang dikeluarkan untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi. Biaya tersebut berasal dari lemahnya kemampuan bahasa internasional peneliti. Sebagai contoh, jika peneliti yang berasal dari non native country, mereka harus rela mengeluarkan uang untuk biaya alih bahasa artikel dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Jika punya sedikit kemampuan menulis, para peneliti juga perlu untuk melakukan proof read agar penggunaan bahasa setara dengan native speaker. Tentu, biaya yang dikeluarkan untuk kedua aktivitas tersebut sangat wajar dan dipengaruhi oleh jumlah kata dalam artikel. Sebagai contoh, penggunaan jasa proof read di Cambridge sangat bervariasi mulai dari $23 perseribu kata yang di proof read kan. 


Selain masalah bahasa, biaya publikasi dapat berasal dari pemilihan jurnal sebagai tempat publikasi. Pada dasarnya, jurnal dengan publisher bereputasi (misal Wiley) mempunyai beragam jenis jurnal, yaitu Non open acces dan Open Acces. Jurnal non-open acces akan memberikan pilihan kepada penulis apakah tulisannnya akan dibagikan secara gratis kepada pembaca atau tidak. Jika ya, penulis harus rela mengeluarkan uang $3000 (Rp.42 juta) agar tulisannya bisa dengan mudah diakses oleh semua orang. Tetapi, jika menolak, penulis harus mengikuti kebijakan publisher dimana tulisan mereka terkunci dan setiap pembaca yang ingin membaca tulisannya harus mengeluarkan sejumlah uang untuk publisher. Ini artinya, kepemilikan ijin edar tulisan ada ditangan publisher. Secara umum, para peneliti lebih memberikan ijin edar tulisan kepada publisher daripada mereka harus merogok 42 juta rupiah agar tulisannya bisa mudah diakses.Hal yang berbeda terjadi untuk jurnal Open Acces, setelah naskah penulis diterima untuk dipublikasi, mereka harus membayarkan sejumlah uang bergantung pada tarif yang diberikan. Sebagai contoh, publisher bereputasi seperti Routledge mempunyai jurnal yang bernama Cogent sebagai jurnal Open Acces (Misal Cogent Education, Cogent Humanities and Arts). Biaya publikasi dijurnal tersebut adalah $1200. Tentu, bagi para penulis yang memasukan tulisannya ke jurnal ini, sudah harus tahu konsekuensinya karena wajib mengeluarkan uang sejumlah itu. 


Masalah utama yang terjadi di Indonesia, para peneliti atau dosen di perguruan tinggi lebih senang mempublikasi hasil penelitiannya di Jurnal internasional Open Acces. Tentu, mereka diwajibkan membayar sejumlah uang. Sebagai contoh, para peneliti atau dosen dibidang pendidikan lebih banyak mempublikasi hasil kajian mereka di jurnal Turki. Rasanya, hasil penelusuran penulis pribadi, semua jurnal Turki adalah jurnal Open Acces. Dengan demikian para dosen atau peneliti Indonesia dibidang pendidikan pasti mengeluarkan uang sejumlah $1200 untuk setiap artikel yang akan dipublikasi. Alasan apa yang melatar belakanginya, sama sekali tidak diketahui. Apakah para peneliti atau dosen, misal dalam bidang pendidikan, ingin karya atau tulisan mereka mudah diakses atau karena jurnal tertentu seperti jurnal-jurnal Turki mudah untuk menerima artikel untuk dipublikasi. 


Kembali ke pertanyaan dalam judul artikel ini. Apakah harus mengeluarkan belasan juta untuk publikasi artikel? Jawabannya kembali kepada peneliti itu sendiri, mereka bisa saja tidak mengelurkan uang sepeserpun untuk publikasi. Sebagai contoh, penulis artikel ini pernah mempublikasikan 2 artikel, salah satunya di Asia Pacific Journal of Education, sebuah jurnal yang dikelola Nanyang Technological University dan Routledge. Untuk dua publikasi tersebut, penulis tidak mengeluarkan uang sama sekali. Jadi, mau milih mana, gratis atau bayar?

Posting Komentar untuk "Apakah Butuh Belasan Juta untuk Mempublikasikan Sebuah Artikel di Jurnal Internasional Bereputasi?"